Petani Milenial dijaman Milineial

Bertani tidak harus identik dengan orang tua, mencangkul di kebun, sawah dan ladang, maupun memasarkan hasil panen. Bagi para petani milenial, sektor pertanian bisa lebih mudah lagi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.

Sekelompok pemuda di Kota Batu mengikis citra konvensional itu melalui Akademi Petani Milenial. Memadukan pola lama dengan memanfaatkan perkembangan teknologi. Sistem pertanian terpadu sekaligus menerapkan teknologi Internet of Things (IoT).

Anggota akademi ini memaksimalkan jejaring anak-anak muda dengan beragam keahlian. Tidak hanya berlatar belakang petani. Ada pula yang ahli di bidang teknologi informasi, bidang pemasaran, santri sampai penulis kreatif.



Sehingga, para petani milenial di Kota Batu tidak hanya budidaya pertanian. Tapi juga mampu memanfaatkan teknologi untuk memudahkan pertanian. Serta menghasilkan nilai tambah pasca panen sehingga jadi sumber penghasilan yang jauh lebih menjanjikan.

Rakhmad Hardiyanto, pendiri Akademi Petani Milenial Kota Batu mengatakan, akademi yang baru dirintis akhir Maret lalu ini memiliki 16 anggota. Menggarap sayuran holtikultura dengan sistem pertanian hidroponik.

“Mengarah ke konsep urban farming dengan memanfaatkan perangkat teknologi"

Sistem pertanian hidroponik ini menerapkan teknologi IoT. Menggunakan pengendali mikro yang terhubung internet, untuk mendeteksi sensor dalam alat pengukur zat terlarut (TDS meter). Serta mekanisasi berupa aerator yang terhubung pada sensor pengatur waktu.

Rangkaian itu diprogram di aplikasi berbasis android. Sehingga petani milenial dapat menggunakan untuk melihat kelembaban tanah, suhu, mengontrol pengairan. Termasuk kebutuhan nutrisi tanaman dapat dipantau dari jarak jauh melalui gawai mereka.

Komentar